Kamis, 04 Agustus 2011

Disaat kertas dan pena menjadi sahabatku

Mungkin tulisan tidaklah berbentuk tulisan disaat hati terpuruk tak menentu. Disaat tabir malam mulai menenggelamkan cahaya senja yang elok dipandang mata. Disitulah letak keindahan tulisan yang tak berbentuk tulisan.

Ketika hidup terasa seperti di abaikan karena dunia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, pikiran pun mulai bekerja dengan gundah, kacau dan tidak menentu. Aku dengan gelisah hanya berpikir untuk apa hidup ditempat yang tidak menghidupkan duniannya. Segelintir kegundahan pun mulai meracuni otak ku untuk berhenti berpikir. Dan aku hanya bisa terdiam dengan semuanya.

Waktu pun berlalu ditandai dengan secangkir cappuccino panas yang mulai berkurang dihadapanku. Tapi dengan sekejap dia datang dengan membawa satu keajaiban bagai kendi tua yang telah lama kosong menjadi terisi penuh dengan air yang telah lama dirindukannya.
Seketika aku hanya bisa termenung dengan keajaiban ini, hanya ada pertanyaan yang menghampiri otakku untuk ku sampaikan kepadanya. "mengapa dia datang dan apa tujuannya". Tapi dia hanya diam, diam dan diam.

Pikiranku mulai terbang dengan khayalannya untuk mencari apa yang harus kulakukan dengan keajaiban ini.
Ternyata dengan mudah aku mendapatkannya. Secara perlahan aku mulai mengerti dan mengerti. Ternyata dia datang sebagai sahabat yang mengisi kekosonganku selama ini. Yang selalu setia mendengarkan setiap kisahku yang tak berujung. Yang selalu sabar menghadapi marah, kecewa dan sakitku. Dan selalu memberikan ruangnya untuk semua karya-karyaku yang tercipta karena air mata, hati dan perasaan ini.

Dan kini kekosongan itu mulai pergi disaat kertas dan pena ini telah menjadi sahabatku.

Ucapan terimakasih ini pun belum bisa membayar semua kesetiaannya yang telah menemaniku selama ini.

Dan aku berharap agar kertas dan pena ini selalu dapat menemaniku disetiap kisah dan perjalanan panjangku.

HRL : Semua bisa terang sekalipun tak bercahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar